Menoreng, Seni Asli Kebumen Yang Mengangkat Cerita Timur Tengah
Menoreng, Seni Asli Kebumen Yang Mengangkat Cerita Timur Tengah
Menoreng merupakan kesenian tradisional dari Karangsambung Kebumen. Kesenian ini bercerita tentang tokoh bernama Jayangrana yang berasal dari negeri Arab. Iringan musik dari gamelan dan syair-syair lagu dengan logat jawa-ngapak menjadi kekhasan tersendiri. Lirik lagu yang dilantunkan berisi sebuah nasehat yang luhur. Diantaranya, “Gunung-gunung di gawe sawah, kepiye gole mbanyuni. Durung-durung di gawe salah kepiye gole nglakoni.” Lirik tersebut menjelaskan jangan menyalahkan sebelum melakukan. Saat ini menoreng yang dimainkan oleh sekitar 25 orang ini menjadi kesenian tradisional yang sangat jarang ditemui di Kebumen.
Salah satu tradisi asli Kebumen yan kini mulai dilupakan adalah menoreng. Tradisi seni pentas menoreng menceritakan tentang kehidupan di Timur Tengah.
Cerita yang paling terkenal adalah Umar Amir waktu mudanya, setelah dewasa Amir jadi Raja. Negara Kopa Amir Hamzah, Jayengrana di daerah Mesir cerita tentang para wali. Cerita ini mengangkat tentang sejarah Islam.
Jayengrana punya panglima yaitu kakaknya yang dipangil Umarmoyo. Atau Potet Ngarab. Seperti cerita Angguk dan cerita Damarwulan. Asli budaya Kebumen. Umarmaya punya abdi yang setia, Jiwangkoro. Semar.
Seni budaya ini masih berkembang di daearah Karangsambung Desa Seling Desa Karangsambung, Karanggayam desa Kajoran, Logandu dan Clapar. Di desa Seling Karangsambung dipimpin oleh Wardoyo tinggal di dukuh Sambeng Desa Seling Kecamatan Karangsambung. Sesepuh Mbah Sajan Hadi Wijawa, sebagai pelidung Kepala Desa Seling, “Meskipun jarang tanggapan, tetapi yang pasti Menoreng ini masih pentas di momentum Agustusanan.” Tutur Sunaryo Pegiat Menoreng desa Seling.